KENAKALAN REMAJA
Diajukan
untuk memenuhi nilai Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar
Dosen :
Helnawaty
Disusun oleh:
Agung Prayoga
50415284
1IA01
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat , karunia dan hidayahNya kepada kita
semua sehingga akhirnya tugas karya tulis ini dapat terselesaikan.Shalawat
serta salam senantiasa tercurah pada
Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya yang setia menemani hingga akhir
zaman.
Tugas karya tulis
yang diberi judul “ Kenakalan Remaja ” ini ialah suatu karya tulis yang
terbentuk untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Ilmu Sosial Dasar.
Dalam penyelesain
karya tulis ini , penulis banyak mengalami kesulitan , terutama disebabkan oleh
kurang spesifiknya informasi yang didapatkan penulis karena hanya mengandalkan
pengamatan dilingkungan sekitar sebagai bahan penyusun karya tulis.Pada
akhirnya karya tulis ini dapat diselesaikan meskipun masih terdapat banyak
kekurangan.
Semoga Allah SWT
selalu mencurahkan rahmat dan karunia-Nya serta keridhoan-Nya kepada kita semua
, amin.
Penulis menyadari
bahwa tugas karya tulis ini masih banyak memiliki kekurangan.Oleh karena itu
segala saran dan kritik yang membangun , penulis harapkan untuk kemajuan
masa-masa mendatang. Harapan penulis semoga penulis tugas karya tulis ini dapat
diambil manfaatnya oleh pembaca.
Depok,
2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa
remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini,
seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam
gejolak emosi, menarik diri dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik
di rumah, sekolah, atau di lingkungan pertemanannya.
Kenakalan
remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak
dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak
tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda
dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang.
Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh
orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para remaja.
Tindakan
kenakalan remaja sangat beranekaragam dan bervariasi dan lebih terbatas jika
dibandingkan tindakan kriminal orang dewasa. Juga motivasi para remaja sering
lebih sederhana dan mudah dipahami misalnya : pencurian yang dilakukan oleh
seorang remaja, hanya untuk memberikan hadiah kepada mereka yang disukainya
dengan maksud untuk membuat kesan impresif yang baik atau mengagumkan.
Akibatnya,
para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan
terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan
munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan
pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian remaja?
2.
Bagaimana
perkembangan psikologi remaja?
3.
Apa
macam-macam kenakalan remaja ?
4.
Apa
penyebab kenakalan remaja?
5.
Bagaimana
solusi untuk mengatasi kenakalan remaja?
C.
Tujuan
Pembahasan
1.
Mengetahui
pengertian remaja dan ciri cirinya
2.
Mengetahui
perkembangan psikologi remaja pada saat ini
3.
Mengetahui
macam-macam kenakalan remaja
4.
Mengetahui
penyebab kenakalan remaja
5.
Mengetahui
solusi untuk mengatasi kenakalan remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Remaja
Remaja
adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat
disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja
adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan
masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12
tahun sampai 21 tahun.
Menurut
psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga
masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan
berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan
fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan
bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah
dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan
ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin
logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar
keluarga.
Remaja
memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk
golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Seperti
yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Hal
senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia
remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini
biasanya dibedakan atas tiga, yaitu :
1.
12-15
tahun
2.
Masa
remaja awal 15-18 tahun
3.
Masa
remaja pertengahan 18-21 tahun
4.
Masa
remaja akhir.
B. Ciri- Ciri Remaja
Mengenai
ciri-ciri remaja tidak mesti dilihat dari satu sisi, tetapi dapat dilihat dari
berbagai segi. Misalnya dari segi usia, perkembangan fisik, phisikis, dan
perilaku. Menurut Gayo (1990: 638-639) ciri-ciri remaja usianya berkisar 12-20
tahun yang dibagi dalam tiga fase yaitu; Adolensi diri, adolensi menengah, dan
adolensi akhir. Penjelasan ketiga fase ini sebagai berikut.
1.
Adolensi
dini
Fase
ini berarti preokupasi seksual yang meninggi yang tidak jarang menurunkan daya
kreatif/ ketekunan, mulai renggang dengan orang tuanya dan membentuk kelompok
kawan atau sahabat karib, tinggah laku kurang dapat dipertanggungjawabkan.
Seperti perilaku di luar kebiasaan, delikuen,dan maniakal atau defresif.
2.
Adolensi
menengah
Fase
ini memiliki umum: Hubungan dengan kawan dari lawan jenis mulai meningkat
pentingnya, fantasi dan fanatisme terhadap berbagai aliran, misalnya, mistik,
musik, dan lain-lain. Menduduki tempat yang kuat dalam perioritasnya, politik
dan kebudayaan mulai menyita perhatiannya sehingga kritik…..tidak jarang
dilontarkan kepada keluarga dan masyarakat yang dianggap salah dan tidak benar,
seksualitas mulai tampak dalam ruang atau skala identifikasi, dan desploritas
lebih terarah untuk meminta bantuan.
3.
Adolesensi
akhir
Masa
ini remaja mulai lebih luas, mantap, dari dewasa dalam ruang lingkup
penghayatannya .Ia lebih bersifat ‘menerima’dan ‘mengerti’ malahan sudah mulai
menghargai sikap orang/pihak lain yang mungkin sebelumnya ditolak. Memiliki
karier tertentu dan sikap kedudukan, kultural, politik, maupun etikanya lebih
mendekati orang tuanya. Bila kondisinya kurang menguntungkan, maka masa turut
diperpanjang dengan konsekuensi .imitasi, bosan, dan merosot tahap kesulitan
jiwanya. Memerlukan bimbingan dengan baik dan bijaksana, dari orang-orang di
sekitarnya.
Argumen lain tentang
ciri-ciri remaja dan berbagai sudut pandang dikemukakan oleh Mustaqim dan Abdul
Wahid (1991:49-50). Menurutnya pada masa remaja umumnya telah duduk dalam
bangku sekolah lanjutan. Pada permulaan periode anak mengalami
perubahan-perubahan jasmani yang berwujud tanda-tanda kelamin sekunder seperti
kumis, jenggot, atau suara berubah pada laki-laki. Lengan dan kaki mengalami
pertumbuhan yang cepat sekali sehingga anak-anak menjadi canggung dan kaku.
Kelenjar-kelenjar mulai tumbuh yang dapat menimbulkan gangguan phisikis anak.
Perubahan rohani juga
timbul remaja telah mulai berfikir abstrak, ingatan logis makin lama makin
lemah. Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis yang satu dengan yang lain tidak dalam
keadaan seimbang akibatnya anak sering mengalami pertentangan batin dan
gangguan, yang biasa disebut gangguan integrasi. Kehidupan sosial anak remaja
juga berkembang sangat luas. Akibatnya anak berusaha melepaskan diri
darikekangan orang tua untuk mendapatkan kebebasan, meskipun di sisi lain masih
tergantung pada orang tua. Dengan demikian terjadi pertentangan antara hasrat
kebebasan dan perasaan tergantung. (Mustaqim dan Abdul Wahid, 1991:50).
Lebih lanjut
dikatakan Mustaqim dan Abdul Wahid, pada masa remaja akhir umumnya telah mulai
menemukan nilai-nilai hidup, cinta, persahabatan, agama, kesusilaan, kebenaran
dan kebaikan. Masa ini biasa disebut masa pembentukan dan menentuan nilai dan
cita-cita.Lain dari pada itu anak mulai berfikir tentang tanggung jawab sosial,
agama moral, anak mulai berpandangan realistik, mulai mengarahkan perhatian
pada teman hidupnya kelak, kematangan jasmani dan rohani, memiliki keyakinan
dan pendirian yang tetap serta berusaha mengabdikan diri dimasyarakat juga ciri
remaja yang menonjol, tetapi hanya remaja yang sudah hampir masuk dewasa.
Sedangkan menurut
Hurlock (1999) ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut :
1.
Masa
remaja sebagai periode yang penting, karena perkembangan fisik, mental yang
cepat dan penting dan adanya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai
dan minat baru.
2.
Masa
remaja sebagai periode peralihan, adanya suatu perubahan sikap dan perilaku
dari anak-anak ke menuju dewasa.
3.
Masa
remaja sebagai periode perubahan, karena ada 5 perubahan yang bersifat
universal yaitu perubahan emosi, tubuh, minat dan pola perilaku, dan perubahan
nilai.
4.
Masa
remaja sebagai usia bermasalah, karena pada masa kanak-kanak masalah-masalahnya
sebagian besar diselesikan oleh guru dan orang tua sehingga kebanyakan remaja
kurang berpengalaman dalam mengatasi masalah.
5.
Masa
remaja sebagai masa mencari identitas, karena remaja berusaha untuk menjelaskan
siapa dirinya, apa peranannya.
6.
Masa
remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena adanya anggapan
stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak
dapat dipercaya dan cenderung merusak, menyebabkan orang dewasa harus
membimbing dan mengawasi.
7.
Masa
remaja sebagai masa yang tidak realistik. Karena remaja melihat dirinya sendiri
dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya
terlebih dalam cita-cita.
8.
Masa
remaja sebagai ambang masa dewasa, karena remaja mulai memusatkan diri pada
perilaku yang dihubungkan dengan orang dewasa.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa ciri ciri masa remaja adalah
merupakan periode yang penting, periode perubahan, peralihan, usia yang
bermasalah, pencarian identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang
tidak realistik dan ambang masa kedewasaan.
C. Psikologi Remaja
Ciri
perkembangan psikologis remaja adalah adanya emosi yang meledak-ledak, sulit
dikendalikan, cepat depresi (sedih, putus asa) dan kemudian melawan dan
memberontak. Emosi tidak terkendali ini disebabkan oleh konflik peran yang
senang dialami remaja. Oleh karena itu, perkembangan psikologis ini ditekankan
pada keadaan emosi remaja.
Keadaan
emosi pada masa remaja masih labil karena erat dengan keadaan hormon. Suatu
saat remaja dapat sedih sekali, dilain waktu dapat marah sekali. Emosi remaja
lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri daripada pikiran yang realistis.
Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan orang tua dan masyarakat yang
akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi dirinnya yang
baru. Hal tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1990),
yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan mempengaruhi cara penyesuaian
pribadi dan sosial remaja. Bertambahnya ketegangan emosional yang disebabkan
remaja harus membuat penyesuaian terhadap harapan masyarakat yang berlainan
dengan dirinya.
Menurut
Mappiare (dalam Hurlock, 1990) remaja mulai bersikap kritis dan tidak mau
begitu saja menerima pendapat dan perintah orang lain, remaja menanyakan alasan
mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau dilarag, remaja tidak mudah diyakinkan
tanpa jalan pemikiran yang logis. Dengan perkembangan psikologis pada remaja,
terjadi kekuatan mental, peningkatan kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat
dan memahami, serta terjadi peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat.
D.
Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja (juvenile
delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum
dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak
dan dewasa.
Sedangkan Pengertian kenakalan
remaja Menurut Paul Moedikdo,SH adalah :
1.
Semua
perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak
merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti
mencuri, menganiaya dan sebagainya.
2.
Semua
perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran
dalam masyarakat.
3.
Semua
perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
Faktor
pemicunya, menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya remaja
melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena
lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik.
Akibatnya,
para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan
terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan
munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan
pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
Perilaku
yang ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai dari kenakalan ringan seperti membolos
sekolah, melanggar peraturan-peraturan sekolah, melanggar jam malam yang
orangtua berikan, hingga kenakalan berat seperti vandalisme, perkelahian antar
geng, penggunaan obat-obat terlarang, dan sebagainya.
Dalam
batasan hukum, menurut Philip Rice dan Gale Dolgin, penulis buku The
Adolescence, terdapat dua kategori pelanggaran yang dilakukan remaja, yaitu:
1.
Pelanggaran
indeks, yaitu munculnya tindak kriminal yang dilakukan oleh anak remaja.
Perilaku yang termasuk di antaranya adalah pencurian, penyerangan, perkosaan,
dan pembunuhan.
2.
Pelanggaran
status, di antaranya adalah kabur dari rumah, membolos sekolah, minum minuman
beralkohol di bawah umur, perilaku seksual, dan perilaku yang tidak mengikuti
peraturan sekolah atau orang tua.
E. Penyebab Kenakalan Remaja
Perilaku ‘nakal’ remaja bisa
disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari
luar (eksternal).
1.
Faktor
internal
a.
Krisis
identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan
terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan
konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan
ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
b.
Kontrol
diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku
yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada
perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua
tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk
bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
2.
Faktor
eksternal
a.
Keluarga
dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau
perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja.
Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak
memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa
menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
b.
Teman
sebaya yang kurang baik
c.
Komunitas/lingkungan
tempat tinggal yang kurang baik.
Sedangkan menurut Kumpfer dan Alvarado, Faktor faktor
Penyebab kenakalan remaja antara lain :
1.
Kurangnya
sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai nilai-nilai moral dan sosial.
2.
Contoh
perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah terhadap perilaku dan
nilai-nilai anti-sosial.
3.
Kurangnya
pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun di luar
sekolah, dan lainnya).
4.
Kurangnya
disiplin yang diterapkan orangtua pada anak.
5.
Rendahnya
kualitas hubungan orangtua-anak.
6.
Tingginya
konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam lingkungan keluarga.
7.
Kemiskinan
dan kekerasan dalam lingkungan keluarga.
8.
Anak
tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari figur otoritas lain.
9.
Perbedaan
budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain atau lingkungan baru.
10.
Adanya
saudara kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat terlarang atau melakukan
kenakalan remaja.
F. Peranan Keluarga terhadap
Kenakalan Remaja
Sarwono
(1998) mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan primer pada setiap
individu. Sebelum anak mengenal lingkungan yang luas, ia terlebih dahulu
mengenal lingkungan keluarganya. karena itu sebelum anak anak mengenal
norma-norma dan nilai-nilai masyarakat, pertama kali anak akan menyerap
norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di keluarganya untuk dijadikan bagian
dari kepribadiannya.
Orang tua
berperan penting dalam emosi remaja, baik yang memberi efek positif maupun negative.
Hal ini menunjukkan bahwa orang tua masih merupakan lingkungan yang sangat
penting bagi remaja.
Menurut
Mu’tadin (2002) remaja sering mengalami dilema yang sangat besar antara
mengikuti kehendak orang tua atau mengikuti kehendaknya sendiri. Situasi ini
dikenal dengan ambivalensi dan hal ini akan menimbulkan konflik pada diri
remaja. Konflik ini akan mempengaruhi remaja dalam usahanya untuk mandiri,
sehingga sering menimbulkan hambatan dalam
penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya, bahkan dalam beberapa kasus tidak jarang remaja
menjadi frustasi dan memendam kemarahan yang mendalam kepada orang tuanya dan
orang lain disekitarnya. Frustasi dan kemarahan tersebut seringkali di
ungkapkan dengan perilaku perilaku yang tidak simpatik terhadap orang tua
maupun orang lain yang dapat membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain
disekitarnya.
Penilitian
yang dilakukan BKKBN pada umunya masalah antara orang tua dan anaknya bukan hal
hal yang mendalam seperti maslah ekonomi, agama, social, politik, tetapi hal
yang sepele seperti tugas-tugas di rumah tangga, pakaian dan penampilan.
Menurut
Nalland (1998) ada beberapa sikap yang harus dimiliki orangtua terhadap anaknya
pada saat memesuki usia remaja, yakni :
1.
Orang
tua perlu lebih fleksibel dalam bertindak dan berbicara
2.
Kemandirian
anak diajarkan secara bertahap dengan mempertimbangkan dan melindungi mereka
dari resiko yang mungkin terjadi karena cara berfikir yang belum matang.
Kebebasan yang dilakukan remaja terlalu dini akan memudahkan remaja
terperangkap dalam pergaulan buruk, obat-obatan terlarang, aktifitas seksual
yang tidak bertanggung jawab dll
3.
Remaja
perlu diberi kesempatan melakukan eksplorasi positif yang memungkinkan mereka
mendapat pengalaman dan teman baru, mempelajari berbagai keterampilan yang
sulit dan memperoleh pengalaman yang memberikan tantangan agar mereka dapat
berkembang dalam berbagai aspek kepribadiannya.
4.
Sikap
orang tua yang tepat adalah sikap yang authoritative, yaitu dapat bersikap hangat,
menerima, memberikan aturan dan norma serta nilai-nilai secara jelas dan
bijaksana. Menyediakan waktu untuk mendengar, menjelaskan, berunding dan bisa
memberikan dukungan pada pendapat anak yang benar.
G. Pergaulan Remaja
Pergaulan
merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat
juga oleh individu dengan kelompok. Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles
bahwa manusia sebagai makhluk sosial (zoon-politicon), yang artinya manusia
sebagai makhluk sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain.
Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang
individu. Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya, baik
pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif.
Pergaulan
yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna
melakukan hal – hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih
mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi
remaja yang masih mencari jati dirinya. Dalam usia remaja ini biasanya seorang
sangat labil, mudah terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan dia ingin mencoba
sesuatu yang baru yang mungkin dia belum tahu apakah itu baik atau tidak.
Pergaulan
remaja berupa tekanan teman bahkan sahabat, yang bias disebut dengan rasa
solidaritas, ingin diterima, dan sebagai pelarian, benar-benar ampuh untuk
mencuatkan kenakalan remaja yaitu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh
remaja.
H. Remaja dan Lingkungan Sosial
Lingkungan
social meliputi teman sebaya, masyarakat dan sekolah. Sekolah mempunyai
pengaruh yang sangat besar bagi remaja, karena selain dirumah sekolah adalah
lingkungan kedua dimana remaja banyak melakukan berbagai aktifitas dan
interaksi social dengan teman-temannya.
Masalah
yang dialami remaja yang bersekolah lebih besar dibandingkan yang tidak
bersekolah. Hubungan dengan guru dan teman-teman di sekolah, mata pelajaran
yang berat menimbulkan konflik yang
cukup besar bagi remaja. Pengaruh guru juga sanagt besar bagi
perkembangan remaja, karena guru adalah orang tua bagi remaja ketika mereka
berada disekolah.
Pada
masa remaja, hubungan social memiliki peran yang sangat penting bagi remaja.
Remaja mulai memperluas pergaulan sosialnya dengan teman teman sebayanya.
Remaja lebih sering berada diluar rumah bersama teman teman sebayanya, karena
itu dapat dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebayanya pada sikap, minat,
penampilan dan perilaku lebih besar daripada pengaruh orang tua.
Brown (1997)
menggambarkan empat cara khusus, bagaimana terjadinya perubahan kelompok teman
sebaya dari masa kanak-kanak ke masa remaja :
1.
Remaja
lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya dibandingkan pada
anak-anak. Pada usia 12 tahun, remaja awal mulai menjauhkan diri dari orang
dewasa dan mendekatkan diri dengan teman sebaya.
2.
Remaja
berusaha menghindari pengawasan yang ketat dari orang tua dan guru dan ingin
mendapatkan kebebasan. Mereka mencari tempat untuk bertemu dimana mereka tidak
terlalu diawasi. Meskipun dirumah mereka ingin mendapatkan privasi dan tempat
dimana mereka dapat mengobrol dengan teman temannya tanpa didengar oleh
keluarganya.
3.
Remaja
mulai banyak berinteraksi dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang berbeda.
Walaupun anak perempuan dan laki laki berpartisipasi dalam kegiatan dan
berkelompok persahabatan yang berbeda selama masa pertengahan kanak-kanak,
tetapi pada masa remaja interaksi dengan remaja yang berbeda jenis semakin
meningkat, sejalan dengan semakin menjauhnya remaja dengan orang tua mereka.
4.
Selama
masa remaja, kelompok teman sebaya menjadi lebih memahami nilai-nilai dan
perilaku dari sub-budaya remaja yang lebih besar. Mereka juga
mengidentifikasikan diri dalam kelompok pergaulan tertentu.
I.
Jenis-jenis
kenakalan remaja
1.
Kenakalan
remaja di sekolah
a.
Tidak
masuk sekolah tanpa keterangan.
b.
Meninggalkan
sekolah pada saat jam pelajaran.
c.
Membawa
senjata tajam ketika sekolah.
2.
Kenakalan
remaja di luar sekolah(masyarakat)
a.
Ikut
balapan tiar antar geng.
b.
Ikut
tawuran antar geng.
c.
Minum
minuman keras.
d.
Mengkonsumsi
obat-obatan terlarang seperti narkoba dan lain sebagainya.
3.
Kenakalan
remaja di lingkungan keluarga
a.
Tidak
mendengarkan nasehat orang tua.
b.
Tidak
mentaati perintah orang tua.
c.
Melanggar norma yang telah di sepakati bersama
keluarga.
BAB III
SIMPULAN
dan SARAN
A.
Simpulan
1.
Pada
dasarnya kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari
norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan
merugikan dirinya sendiri dan orang-orang disekitarnya.
2.
Kenakalan
remaja pada zaman sekarang ini disebabkan oleh beberapa factor. Perilaku nakal
remaja disebabkan oleh factor remaja itu sendiri (internal) maupun factor dari
luar (eksternal).
3.
Remaja
harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah
melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri
setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
4.
Adanya
motivasi dari keluarga , guru , teman sebaya merupakan hal-hal yang bisa
dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja.
5.
Anak-anak
yang tidak disukai oleh teman-temannya anak tersebut menyendiri. Anak yang
demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi.
B.
Saran
1.
Perlu
adanya tindakan-tindakan dari pemerintah untuk mengawasi tindakan remaja di
Indonesia agar tidak terjerumus pada kenakalan remaja.
2.
Perlunya
penanaman nilai moral , pendidikan dan nilai religious pada diri seorang
remaja.
DAFTAR PUSTAKA
http://ilmu27.blogspot.co.id/2012/08/makalah-kenakalan-remaja.html#sthash.Lh5eJYie.dpuf
http://www.bekantar.com/2012/11/contoh-makalah-kenakalan-remaja.html#ixzz2JicD8YPp